Jumat, 17 Februari 2012

Karangan


Karangan Bebas

   Zaman dulu, ketika SD, salah satu pelajaran yang paling saya suka yaitu Bahasa Indonesia. Entah kenapa. Semangat rasanya saat guru bahasa saya yang brbadan kurus, tinggi, dan judes itu datang dan mengajar di kelas saya. Saya akan lebih semangat lagi mengikuti pelajaran ini ketika saya tahu akan diadakan tugas mengarang bebas. Ya, mengarang, menulis, menceritakan.
   Biasanya tugas semacam ini menjadi “wajib” hukumnya ketika kita kembali ke sekolah sehabis masa liburan selesai. Tugasnya yaitu menyuruh murid-murid untuk menceritakan pengalaman atau apa saja yang kita alami sepanjang masa liburan. Bagi sebagian teman, tugas ini membosankan. Mengulang lagi ingatan untuk menceritakan semua kejadian, kadang menjadi suatu hal yang malas untuk dikerjakan.
   Tetapi beda dengan saya, dulu, saya sih sanggup mengisi penuh dua lembar kertas. Ada perasaan yang lepas ketika saya menulis. Ada pemikiran yang menerawang. Khayalan, ada memori yang terkorek, atau dipaksa terkorek, yang menghasilkan senyuman atau bahkan kesedihan.
   Ingatan. Menulis itu salah satu cara untuk melawan lupa. Untuk mengingat dan menyimpan. Membakukan memori ke dalam sebuah catatan. Juga khayalan. Imajinasi, ketika menulis, imajinasi saya berkelana  kemana saja, saling tindih-menindih berebut minta dikeluarakan dan segera dituliskan.
   Bisa jadi karena adanya tugas karangan bebas itu-lah yang membuat saya menyukai pelajaran Bahasa Indonesia, tapi mungkin bukan hanya itu, karena guru-guru nya juga.
 



Kasih Sayang Ibu Bapa Berkesan Mendidik Anak

  Adakah ibu bapa yang tidak sayang anak ? Semestinya, semua ibu bapa sanggup berkorban demi kebahagiaan anak mereka. Tetapi, persoalannya adakah semua ibu bapa hari ini menyayangi anak dengan cara lebih cepat ? Dalam hal ini, ada ibu bapa sekarang melakukan kehilapan. Ada yang menganggap, cara ibu bapa dulu mendidik anak tidak betul, lalu terus menolak semua, sedangkan cara dulu tidak semua salah atau tidak sesuai lagi.
  Ada pula bearanggapan caara didikan ibu bapa dulu adalah betul, lalu terus menggunakan semua, sedangkan mungkin ada antaranya tidak sesuai dengan keadaan sekarang. Manakala, ada pula disebabkan ingin mencari cara kontemporari, lalu dengan mudah menggunakan cadangan dikemukakan buku ataupenceramah, tanpa melakukan penelitian, lapisan atau kepahaman yang mendalam. Kebanyakan isu keibubapaan timbul dalam konteks hubungannya dengan anak yang berada pada usia remaja. Setengah remaja menunjukkan perlakuan sukar dipahami dan tidak pernah dibayangkan ibu bapanya. Ada ketika remaja memilih pakaian dan musik pelik, emosi berubah-ubah seperti keras dan pendaim, malah mungkin kurang menghormati ibu bapa. Lazimnya, ibu bapa diingatkan mengenali dan memahami psikologi anak remaja. Ibu bapa diberitahu bahwa remaja berada dalam zaman transisi dan bergelut untuk berpaut pada zaman kanak-kanak yang penuh kegembiraan yang bakal ditinggalkan sambil memasuki alam dewasa yang penuh tanda tanya. Orang tua dimaklumkan bahwa anak remaja sedang berada dalam masa puber. Tetapi, ibu bapa jarang diingatkan untuk mengenali dan memahami puber yang sedang berlaku dalam dirinya sendiri. Bahwa mereka sendiri mencari keseimbangan antara memberikan kasih sayang dan menetapkan sesuatu untuk anak remajanya.
  Sebenarnya, kasih sayang ibu bapa yang ideal ialah memberikan anak remajanya keseimbangan antara kebebasan dan disiplin. Jika disiplin terlalu banyak dan ketat,  remaja akan memberontak. Sebaliknya, jika terlalu banyak kebebasan remaja akan bersifat tidak baik karena pergaulan bebas. Oleh karena itu, ibu bapa perlu membuat berbagai keputusan mengenai anaknya. Semakin anaknya menginjak dewasa, maka keputusan itu semakin besar dan penting. Ada keputusan perlu setiap hari dan ada keputusan perlu dibuat pada tempo tertentu.
  Selain perlu mengenali dan memahami anak remajanya, ibu bapa harus mengenali dan memahami dirinya sendiri. Ibu bapaharus berdepan dengan kasih sayang dan kepemimpinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar